Kamis, 14 Mei 2015

IMPIAN K.H. Djawis Masruri

Pengasuh Pesantren kami, K.H Djawis Masruri mempunyai mimpi yakni BISA BERKONTRIBUSI MENJADIKAN NKRI YANG BAROKAH!

Pendahuluan
o Indonesia sekarang termasuk negara yang krisis energi. kebutuhan energi per hari sekitar 1.3 juta barrel. sementara produksi minyak dalam negeri hanya 900 ribuan barrel/hari. Sehingga defisit 400 ribuan barrel/hari. solusi yang ditawarkan impor. Apalagi energi baru yang terbarukan yang telah menjadi komitmen dunia untuk diwujudkan di masa yang akan datang demi kelangsungan peradaban manusia. Cadangan energi Indonesia hanya cukup untuk 4 hari ke depan dengan jumlah alat transportasi sekarang. Jika populasi alat transportasi tidak terkendalikan--yang berarti kebutuhan energiakan lebih banyak sementara cadangan minyak kita semakin menyusut--maka ke depan Indonesia akan mungkin tidak punya cadangan energi. sementara negara-negara yang lain, cadangan energinya sudah mantab, Korea selatan misalnya punya cadangan energi 6 bulan ke depan. Jepang 9 bulan, Amerika 2 tahun 2 bulan, dan lain-lain.
Pilihan kita apabila terjadi perang antar negara, hanya dua. Pertama, kita impor energi. Karena posisi energi yang strategis maka jika impor akibatnya Indonesia akan menjadi negara “permainan” bagi dunia di aspek manapun termasuk ekonomi. Di samping harga energi yang tidak menentu dengan konsekuensi harga kebutuhan pokok juga tidak stabil. Instabilitas ini mengakibatkan pada ketidakpercayaan pada pemerintah yang berketerusan dengan akibat --semoga Allah menghindarkannya!--perpecahan yang terjadi pada sesama anak bangsa Indonesia. Maka cita-cita besar kita untuk mewujudkan NKRI hanya menjadi bualan belaka.
o INDONESIA mempunyai sumber daya alam yang potensial untuk menciptakan sumber daya manusia yang berpotensi menjadi raja intelektual bagi dunia. Sumber daya alam itu adalah berasal dari ikan sidat yang kandungan protein dan omega 3-nya di beberapa organ tubuh sidat direkomendasikan oleh beberapa lembaga riset nasional dan internasional melebihi ikan salmon.
Sayangnya, potensi ikan sidat justru dieksplorasi dan diekspor sehingga Jepanglah yang paling banyak mengkonsumsi ikan sidat sejak menjajah Indonesia tahun 1942-1945 hingga sekarang. pada setiap tahun ikan sidat kita, menurut data terakhir dikonsumsi oleh orang Jepang 100.000 ton. Apa yang kita saksikan sekarang? Jepang mempunyai intelektual tinggi dan menghasilkan teknologi-teknologi canggih yang merajai hampir di seluruh pelosok dunia termasuk Indonesia! Kita yang memiliki sumber daya alam (ikan sidat) yang menjadikan masyarakat Jepang cerdas justru sekarang menjadi market (pasar) produk-produk teknologi dari Jepang. Apa kita mau demikian seterusnya? Jika iya, ironis sekali!.
Di pihak lain, dengan dieksplorasinya ikan sidat secara habis-habisan tanpa disertai dengan upaya riset yang bersungguh-sungguh untuk memijahkannya dampak yang dirasakan oleh Indonesia adalah impor beras. Mengapa demikian? Karena gagal panen! Kita tahu, salah satu sebab gagal panen karena populasi tikus sebagai hama dari pertanian tidak terkendali. Terjadinya over population hama tikus disebabkan ikan sidat sebagai predator anakan tikus semakin punah. Sayangnya tidak ada kesadaran dari pemerintah untuk konservasi sidat atau moratorium ekspor sidat. Kenyataan ini berdampak pada rapuhnya ketahanan pangan kita. Maka menurut saya berusaha memijahkan sidat hukumnya menjadi “wajib nasional” untuk terciptanya SDM-SDM anak bangsa Indonesia ke depan terutama dalam menghadapi globalisasi.
o Pondok pesantren adalah termasuk lembaga pendidikan tertua di Indonesia dan telah teruji ketahanan-keberadaannya dalam masa penjajahan, masa transisi kemerdekaan, dan masa mengisi kemerdekaan. Peranannya dalam melawan dan mengusir penjajah sebagai bukti patriotismenya sudah tidak diragukan lagi. Demikian pula dalam memperjuangkan dan mempertahankan NKRI. Begitu juga ikut mengisi kemerdekaan dan berupaya menjadikan Indonesia jaya. Mengapa pesantren bisa demikian? Karena literatur yang dimiliki dalam tradisi keilmuan pesantren ‘mewajibkan’ untuk itu. Dengan kata lain dalam visi dan misi pesantren yang utama adalah membentuk kader calon-calon pemimpin nasional yang berkarakter cinta tanah air (hubbul wathon).
Tetapi sayangnya ada kecenderungan dari 13.000 lebih pesantren yang ada di Indonesia dalam tiga dekade terakhir ini justru mayoritas terjebak pada pragmatisme. Ukuran-ukuran pesantren yang hebat pun diukur dari hal-hal yang bersifat materiil:besar dan mewahnya gedung, banyaknya santri yang mukim dan konsumtifisme yang menjadi ukuran keberhasilan pesantren. Justru hal yang lebih penting, seperti kualitas bobot ilmu dan amalnya dan menelorkan karya-karya ilmiah yang berbasis pada riset nyata demi kemaslahatan dan kemakmuran bangsa Indonesia ‘menjadi barang yang langka’. Akibatnya pesantren tidak tampil memberi kontribusi nyata bagi bangsa Indonesia dan hanya dalam internal Islam saja, bahkan justru di saat Indonesia membutuhkan konstribusi nyata dari pondok pesantren dalam pengertian visi dan misi seperti di atas pada saat ini

Tentang Energi
Muhammad Djawis memaknai Gempa bumi yang berdampak besar dan masif di Yogyakarta pada 26 Mei 2006 sebagai perintah hijrah dari letoi menjadi hal yang mengarah pada produktif. Pilihannya pada riset energi dari buah Nyamplung. Mengapa memilih Nyamplung? Terinspirasi dari ayat Al Qur’an Surat Yasin ayat 80 dan hadistnya Ibnu Abbas ra. Dalam ayat itu Allah berfirman yaitu(Allah)yang menjadikan api untukmu dari kayu yang hijau, maka seketika itu kamu nyalakan (api) dari kayu itu(QS Yasin ayat 80). Sementara hadist Ibnu Abbas menerangka bahwa ada dua pohon yang menjadi sumber energi baru terbarukan yakni Pohon ‘ifar dan Pohon Marroh.
Riset yang dilakukan dalam waktu kurang lebih 6 tahun dengan menghabiskan hampir 1.000 ton buah nyamplung untuk diproduksi menjadi biofuel dan merekayasa sendiri teknologi untuk alat produksinya. Walaupun riset itu menghabiskan milyaran rupiah dan dengan tanpa serupiah pun uang dari negara (hanya ‘saweran’ dari jamaahnya), analisis bisnis yang menguntungkan dengan speac kualitas yang telah diakui oleh UGM dan SUCCUFINDO. Harapannya, bisa menjadi kontribusi bagi kemandirian energi Indonesia.
Dari riset lapangan diketahui bahwa pohon nyamplung adalah sumber energi baru terbarukan yang termasuk paling kompetitif dan bernilai tinggi untuk konservasi alam karena sifatnya yang familiar terhadap keanekaragaman hayati. Nyamplung juga ‘merasa mesra’ hidup berdampingan dengan tanaman-tanaman lokal lain seperti Ubi, Ketela, Suweg, dan lain-lain yang bisa hidup sama suburnya. Nyamplung juga dapat hidup dengan tanaman yang berbasis pada kebutuhan sandang seperti kapas di samping yang sudah jelas adalah pemenuhan kebutuhan papan yang tangguh karena kayunya yang berkualitas AW. Pohon nyamplung dengan potensi akar tunggangnya yang bisa mencapai 15 meter dari permukaan tanah, berpotensi mengangkat pada air dari bawah dalam populernya disebut konservasi air.
Ringkasnya, Nyamplung adalah pohon sumber energi terbarukan keekonomian berbasis pada kemandirian sandang, pangan dan papan di samping kesinambungan kebutuhan air. Pemerintah yang bisa mewujudkan ini, meskipun belum diketahui potensi Nyamplung di Indonesia dengan memanfaatkan pulau-pulau terluar yang jumlahnya ribuan, berapa juta barrel yang bisa dikontribusikan untuk kemadirian Indonesia sehingga negara-pemerintah telah memenuhi amanah UUD 1945 pasal 31-34. Lihat : Majalah Energi edisi November 2011.

Tentang Pesantren
M Djawis yang dilahirkan tahun 1959 mulai mengajar di pesantrennya tahun 1987 dengan bidang Takhossus Al-Qur’an. Banyak alumni hafidzul Quran yang telah dihasilkannya yang sekarang sudah mendirikan pondok-pondok pesantren di daerah asal santri. Ia mendirikan Takhosus hafalan Al-Qur’an Amumarta pada tahun 1983, yang merupakan bagian dari pondok pesantren Jejeran yang didirikan oleh kakeknya pada awal abad 20. Pesantren Amumarta di didirikan dengan khusus bidang hafalan Al-Qur’an setelah ia berguru tentang hafalan Al-Qur’an di Pesantrennya sendiri, pesantren Al-Muayyad Solo, Pesantren Mambaul Qur’an Kudus, dan menjadi santri pertama yang mukim di Pesantren Ciganjur yang didirikan Kyai Abdurrahman Wahid (Gusdur).
Dalam berkontribusi mewujudkan NKRI Jaya, M Djawis berkontribusi melalui tulisan-tulisan di surat kabar dari berbagai macam aspek bidang yang ditulisnya. Mulai dari bidang seni, budaya, sosial, ekonomi dan energi di koran dan majalah lokal dan nasional sejak 1981, artikel pertama dimuat di majalah Panji Masyarakat Jakarta. Untuk memberdayakan para santri yang menghafal Al Quran dan masyarakat Indonesia pada umumnya yang berkeinginan, ia menulis buku metode menghafal Al-Qur’an. Pendidikan Tahfidznya berijazah/Sanad ke-30 berjenjang hingga Rasullullah SAW.

NKRI Mubarokah
Dalam impiannya, jika nanti riset ikan sidat telah berhasil menghidupkan anakannya telah berhasil hidup, maka ia akan membangun satu kawasan untuk aplikasi dari riset-risetnya dalam berkontribusi mewujudkan model nyata konsep NKRI Mubarokah. Dalam kawasan itu berbasis pohon nyamplung dengan disandingkan pohon-pohon penghasil makanan lokal dan tanaman penghasil sandang dengan ditengah-tengahnya hutan nyamplung itu berdiri satu kawasan pondok pesantren dan tempat pemijahan ikan sidat. Identifikasi jumlah dan luasan pulau terluar di Indonesia yang sementara ini ‘dimubadzirkan’ oleh pemerintah. dari identifikasi itu baru bisa dikalkulasi jumlah, luasan dan jenis pohon Nyamplung. dari data itu baru dapat diketahui berapa juta barrel setiap tahunnya, kontribusi biofuel nyamplung untuk kemandirian energi Indonesia yang setiap tahunnya 450-an juta barrel setiap tahunnya.
Konsep NKRI Mubarokah yang berbasis energi baru terbarukan bersumberkan dari pohon Nyamplung, dalam pandangannya minimal dalam luasan 1.000 hektar supaya energinya itu keekonomian (untung). Manfaat dari produksi energi dan sidat untuk merealisasikan kaderisasi dalam konsep pesantren yang memiliki visi misi hubbul waton (cinta tanah air) demi ketahanan, kemajuan dan kemakmuran NKRI.
Akhirnya, kepada Allah juga lah kita kembalikan dan mohonkan berhasilnya impian ini.
*I.S.A*

1 komentar: